Minggu, 15 November 2009

Teori Organisasi Umum

SEJARAH TEORI ORGANISASI

Organisasi adalah kata yang sangat tidak asing lagi didengar. Karena kita selalu berada di tengah-tengah organisasi itu sendiri. Sejak lahir, kita telah berada dalam lingkungan organisasi, misalnya Rumah Sakit, Catatan Sipil dan lain-lain. Juga sampai saat kita meninggal sekalipun tak lepas dari peran organisasi itu sendiri. Jadi dengan demikian betapa penting peran organisasi dan sentral peranan organisasi dalam kehidupan manusia. Karena dengan organisasi manusia dapa dihubungkan dengan manusia yang lainnya dengan berbagai kepentingan.

Arti dari organisasi itu sendiri adalah : Wadah dimana tempat berkumpulnya beberapa dengan kepentingan yang sama yang terkoordinasi secara sadar yang bekerja terus menerus sampai tujuan yang mereka tetapkan sebelumnya bisa tercapai.

Awal perkembangan Teori Organisasi ditandai oleh munculnya beberapa aliran sebagai berikut :

  1. Aliran Klasik (1890 - 1930)

Aliran ini berusaha menciptakan seperangkat teknik-teknik yang rasional yang akan membantu mengembangkan struktur dan proses organisasi dan menyediakan seperangkat alat koordinasi bagi komponen-komponen organisasi. Pencapaian tujuan organisasi akan dapay dicapai dengan lebih baik jika organisasi dapat menggunakan teknik-teknik dan pendekatan-pendekatan yang rasional. Penekanan pendekatan klasik adalah membangun rasionalitas dalam mekanisme kerja organisasi. Teori-teori yang termasuk dalam pendekatan klasik umumnya dibangun diatas empat pilar utama, yaitu : Pembagian Kerja (Division of Labor), Proses proses fungisional dan perkembangan vertikal (Scalar and functional processes), Struktur (Structure) dan Rentang Kendali (Span of Control). Tokoh - tokohnya adalah : Frederick Winston Taylor, Mooney dan Reiley, Max Webber, Gantt, Henry Fayol, dan Graicunas.

  1. Aliran Perilaku (1930 - 1960)

Pada dasarnya aliran perilaku atau the behavioral school tidak menolak teori - teori yang membangun teori klasik, hanya menurutnya teori klasik ada sedikit kekurangan. Yaitu menganggap bahwa faktor manusia adalah sesuatu yang konstan (tetap). Manusia tidak akan berubah perilakunya dalam kondisi apapun. Munculnya aliran perilaku dibangun dengan memusatkan kajiannya pada perilaku manusia. Aliran perilaku dibangun dengan bantuan teori - teori psikologi, sosiologi dan psikologi sosial. Aliran perilaku juga menaruh perhatian pada dinamika kelompok, peranan kinerja, motivasi, kepemimpinan, dan hubungan antar manusia. Tokoh - tokohnya antara lain : Elton Mayo, Marry Parker dan Chester Barnard, Douglas mcGregor, Abraham Maslow, dan Frederick Herzberg.

  1. Aliran Sistem (1960 - sekarang)

Ada dua pandangan tentang sistem, yaitu sistem terbuka dan tertutup. Sebuah sistem dikatakan terbuka bila organisasi merupakan bagian dari lingkungan. Organisasi mempengaruhi lingkungan begitu juga sebaliknya. Sedangkan sistem dikatakan tertutup jika sebuah sistem beroperasi tanpa dipengaruhi oleh lingkungannya. Konsep-konsep utama aliran sistem adalah antara lain, Teknik-teknik kuantitatif, Holisme, Terbuka/tertutup, Perspektif makro dan Fungsionalisme. Tokoh-tokohnya antara lain : Ludwig von Bertalanffy, Kenneth Boulding, Ackoff, Forrester, Kast dan Roseinzweig.

  1. Aliran Kontingensi (1965 - sekarang)

Aliran kontingensi dibangun berdasarkan atas konsep organisasi sebagai sistem terbuka, berbeda dengan aliran klasik yang memandang organisasi sebagai sistem tertutup. Dasar berpikir aliran kontingensi adalah bahwa suatu organisasi harus berhubungan dengan organisasi lainnya dan dengan demikian ia harus pula berhubungan dengan lingkungan disekitarnya. Aliran kontingensi mensyaratkan adanya fleksibilitas dan adaptabilitas dalam proses pengambilan keputusan. Teori-teori dalam aliran kontingensi menolak prinsip-prinsip dasar aliran klasik, dan menggantikan dengan pandangan bahwa organisasi sebagai sebuah sistem yang adaptif. Tokoh-tokoh aliran kontingensi antara lain, Joan Woodward, James D. Thompson, Jay W. Lorsch dan Paul R. Lawrence.



ETIKA DALAM ORGANISASI

Etika dalam perngertiannya diartikan sebagai prinsip-prinsip moral, yaitu baik atau buruknya perilaku. Dalam setiap kaidah hukum selalu mengandung etika berperilaku dan etika dalam berbagai bentuknya selalu mengandung nilai-nilai moral dan kebenaran. Persoalan-persoalan etika memang tidak dapat diselesaikan secara serampangan, oleh karena menyangkut nilai-nilai moral dan keyakinan yang terbuka kemungkinan untuk berselisihan. Untuk itu sangat relevan menjadi tanggung jawab organisasi menciptakan iklim dan sistem kondisif agar etika organisasi dapat tumbuh. Menurut beberapa hasil pengamatan ada beberapa prinsip cara yang dapat dipakai sebagai pedoman langkah untuk menciptakan etika organisasi. Pada dasarnya pedoman tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua ruang lingkup, yaitu ruang lingkup makro perspektif, atau disebut Ethical Cyclus Model dan mikro perspektif, atau disebut Ethical Linear Model.

1. Ethical Cyclus Model

Ethical Cyclus Model pada dasarnya organisasi mampu merevitalisasi (self revitalization) diri sendiri melalui siklus pengalaman dan pengkajian pengalaman. Siklus tersebut bersifat “self-propere” atau “self-learning” melalui pengalaman beretika yang dikaji secara mendalam. Adapun bentuk konkret Ethical Cyclus Model adalah sebagai berikut :

Ø Pengkajian etika sikap perilaku dilakukan secara terus menerus baik oleh individual, kelompok-kelompok kerja maupun seluruh komponen organisasi. Kondisi yang demikian akan menciptakan iklim dan sistem yang kondusif.

Ø Setiap individu ataupun kelompok kerja dan berbagai komponen organisasi yang telah ikut berpatisipasi perlu dibantu pula oleh pimpinan-pimpinan yang berwenang untuk diakomodasi dalam bentuk formulasi sistem dan kode etik.

Ø Seluruh komponen organisasi, mulai dari pekerja, strategi, struktur dan arus informasi, proses kerja, sistem pelatihan, tim building, sistem imbalan perlu dilibatkan dan diberdayakan secara sinergis terpadu dalam bentuk formulasi sistem dan kode etik.

Ø Pada tingkat pengambilan keputusan, proses pengkajian, dan proses formulasi dilakukan oleh para pimpinan. Para pimpinan membuat suatu model analisis resiko untuk diuji coba dalam bentuk sistem dan kode etik organisasi.


2. Ethical Linear Model

Walaupun sifatnya reaktif dari kasus per kasus dalam menciptakan etika organisasi etika organisasi, dari berbagai sumber kepustakaan dilihat adanya satu model berupa langkah-langkah yang lazim ditempuh. Model langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Ø Organisasi mengambil langkah-langkah konkrit berupa pembentukan spesifik program penyelesaian tentang bias-bias pribadi, nilai dan keyakinan, serta penyimpangan etika.

Ø Organisasi dapat memberikan jaminan komitmen dari tingkat pimpinan puncak dalam menyelesaikan kasus-kasus etika.

Ø Organsasi menbangun dapat menerapkan spesifik program perubahan terhadap etika yang menyimpang.

Ø Memanfaatkan berbagai sumber bantuan perangkat organisasi untuk membangun dan mengembangkan kebijakan etika organisasi.


Siwi Iswanti Ramadhani

2KA15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar