Siwi Iswanti Ramadhani -- 12108283 -- 3KA15
1. Identitas Buku
· Judul Buku : Laskar Pelangi
· Nama Pengarang : Andrea Hirata
· Tahun terbit : Cetakan III, Maret 2006
· Tebal Buku : Xviii + 534 halaman
· Nama Penerbit : Bentang
· Tempat terbit : Yogyakarta
2. Pokok-pokok Isi Buku
· Sinopsis
Sebuah pulau didekat pulau Sumatra yaitu pulau Bangka belitung dimana pulau ini terkenal dengan kekayaan alamnya yaitu Timah, tetapi dengan kekayaan ini kemudian dijadikan tampat eksploitasi oleh negara lain. Disini terdapat sebuah sekolah yang sangat sulit mencari siswanya, sekolah ini dianggap tertinggal dari sekolah-sekolah lain yang menyababkan sekolah ini diberi peringatan atau sejenis ultimatum untuk memiliki minimal 10 orang siswa agar sekolah ini tidak ditutup.
Di sekolah yang kondisinya sangat tidak layak ini memiliki beberapa staf pengajarnya yaitu Pak Harfan sebagai Kepala Sekolah dan satu guru pengajar yaitu Ibu Muslimah, dengan SD yang bernama SD Muhammadiyah. SD ini merupakan SD Islam pertama di Bangkablitung. SD ini dianggap tidak bisa bersaing dengan sekolah-sekolah lain di pulau Bangka belitung.
Sampai SD Muhamadiah memiliki murid yang berjumlah 11 orang yang memiliki semangat belajar yang cukup tinggi. Meskipun guru mereka tidak memiliki penghasilan tinggi tetapi melihat semangat dan cita-cita muridnya ia pun rela mengajar seadanya demi cita-cita 11 muridnya.
Persaingan SD Muhammadiyah dengan SD PN TIMAH yang merupakan sekolah favorit dan diisi oleh kalangan berada adalah sebagian kisah dari kisah utama laskar pelangi dalam membina kekompakan. Satu yang cukup menjadi notable moments adalah ketika mereka harus bersaing saat karnaval 17 Agustus 1979 yang diadakan oleh pihak PT. TIMAH, belajar demi masa depan, dan ketegaran Bu Mus dalam membimbing mereka, apalagi setelah ditingal Pak Harfan meninggal. Anak-anak ini diuji dengan berbagai macam cobaan demi kelangsungan sekolah tempat mereka menimba ilmu.
· Unsur Instrinsik
a) Tema
Persahabatan sepuluh anak yaitu Ikal, Mahar, Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong, Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya wanita di kelas mereka, Sahara dari orang kecil yang mempunyai cita-cita yang tinggi dengan bersekolah di pendidikan rakyat kecil Sekolah Muhamadiyah
b) Tokoh dan Perwatakan
Ikal : tidak mudah putus asa dan tegar
Ayah Ikal : baik hati dan bijaksana
Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar
Ibu N.A. muslimah Hafsari : sabar, baik hati dan penyayang
Lintang : pantang menyerah dan cerdas
Mahar : kreatif, imajinatif dan cerdas
Trapani : manja dan cerdas
Kucai : hiperaktif, susah diatur dan benyak bicara
Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati
A kiong : baik dan sedikit aneh
Harun : baik tetapi agak keterbelakangan mental
Borek : nakal dan susah diatur
c) Alur
Di dalam novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.
d) Sudut Pandang
Memakai kata ganti orang pertama tunggal atau memakai akuan sertaan, karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata aku.
e) Latar (Setting)
Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah
Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan
Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari
· Unsur Ekstrinsik
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit cita-cita yang tingggi. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kebodohan atau kegeniusan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel tersebut seperti keagamaan, moral, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu kita dapat mencontoh tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, dan sebagainya.
3. Kelebihan Buku
Kekuatan novel ini terletak pada sentilan humaniora tentang pentingnya pendidikan sekolah dan sekaligus kuatnya moral agama. Novel ini wajib baca bagi generasi muda yang terlena dengan gelimang kemudahan ekonomi dan tak lagi kenal jerih payah untuk menggapai masa depan. Novel ini juga wajib baca bagi para pendidik, bagi pemerintah yang selalu alpa pada pentingnya pendidikan. Buah dari kealpaan itu diantaranya adalah, kini kita menjadi bangsa yang sering menjadi bahan olok-olok oleh bangsa lain, karena kita rajin mencetak manusia yang tak punya kualitas.
4. Kekurangan Buku
Kelemahan novel ini, menurut saya, hanya terletak pada cara mengakhiri cerita. Semestinya, novel ini sudah ditutup pada bab 33: Anarkonisme, yang menceritakan kejatuhan Babel (Bangka Belitung) yang dulu bergelimbang Timah. Bab 34: Gotik, menurut saya menjadi ekor cerita yang membingungkan. Karena penutur ”Aku” secara tiba-tiba menjadi orang lain, dan bukan lagi Ikal. Bab 34 ini menjadi sebuah kemubaziran. Sama persis seperti seorang pelukis yang seharusnya berhenti menguaskan catnya pada bidang lukis yang sudah sempurna, tapi kemudian menjadi berantakan karena sebuah goresan yang tidak perlu.
Sumber :
http://id.shvoong.com/books/novel-novella/1965955-resensi-laskar-pelangi/
http://blog.atmasetya.com/resensi-novel-laskar-pelangi.html
http://laskarpelangi.forumotion.net/t2-resensi-novel-laskar-pelangi